“Gilaaaaaannggg!!!! balikin
tempat pensilku!!” teriakku.
Gilang.
Orang yang menyebalkan. Sifatnya yang kekanak-kanakan membuatku muak. Tiada
hari tanpa dikerjai olehnya. Aku mengenalnya sejak aku bersekolah di salah satu
SMP ternama di Yogyakarta, kira-kira 4 bulan lalu. Dan selama itu pula dia tak
kehabisan akal untuk mengerjaiku. Setiap hari ada saja ulahnya yang membuatku
naik darah. Contohnya hari ini, dia mengambil tempat pensilku.
“Bukan aku yang ngambil
tempat pensilmu!”
“Bohong! Tadi Nindi nglihat
kamu lagi ngambil tempat pensilku”
Gilang
langsung melotot ke arah Nindi. Sepertinya dia kesal karena Nindi sudah
memberitahuku kalau dia yang mengambul tempat pensilku.
“Cepat balikin!!
teriakku.
“Sini kalau berani,
wek!”
“Sial”
“Sabar ya Sof” kata
Rani, sahabatku.
Kali
ini aku tidak mau mengejarnya, aku sudah bosan dengan tingkahnya itu. Dengan
penuh emosi aku kembali ke tempat duduk dan tidak menggubrisnya.
Aku
kira dia akan mengembalikan tempat pensilku jika aku tidak mempedulikannya.
Ternyata aku salah, sampai bel tanda istirahat selesai dia tidak
mengembalikannya. Terpaksa aku meminjam pulpen milik Rani. Tapi sebenarnya
bukan hari ini saja aku meminjam pulpennya, karena bukan kali ini saja Gilang
mengambil tempat pensilku.
Selama pelajaran aku tidak bisa konsentrasi,
aku begitu kesal pada Gilang.
“Aku salah apa coba ke
dia sampai dia jail ke aku terus menerus kayak gini? tanyaku pada Rani
saat istirahat ke-2.
“Aku juga nggak
tau Sof, dia dari kelas 7 emang suka usil. Jangan-jangan dia suka sama kamu
lagi”
“Huss! Ngawur kamu!
Udahlah jangan ngomongin dia, bikin badmood.
“Aku duluan ya Ran”
“Iya, hati-hati di
jalan ya”
“Siap, kamu juga ya.
Daa”
Setelah berpamitan dengan Rani aku langsung berjalan
pulang ke rumah. Jarak antara rumahku dan sekolah tidak begitu jauh, hanya
butuh waktu 5 menit, jika berjalan.
Saat sudah sampai di depan rumah, ternyata Gilang sedang
menungguku di sana.
“Sial, dia lagi” kataku
dalam hati.
Tanpa mempedulikannya aku langsung masuk ke dalam rumah.
Ternyata dia memanggilku, dengan terpaksa aku menoleh padanya.
“Apa?” tanyaku ketus.
“Aku cuma mau balikin
ini”
Ternyata dia mengembalikan tempat pensilku. Tanpa pikir
panjang aku langsung mengambilnya lalu segera masuk ke dalam rumah, tanpa
mengucapkan terimakasih. Lagian ngapain juga pake bilang terimakasih
segala, toh udah kewajiban dia buat mengembalikan apa yang dia ambil.
***
Keesokan harinya Gilang tidak masuk sekolah. Senang banget rasanya
kalau dia nggak ada. Setidaknya aku bisa beristirahat dari tingkah
usilnya selama sehari ini. Tapi ternyata, aku salah.
Sudah seminggu dia tidak masuk, selama itu pula aku
merasa ada sesuatu yang hilang. Perlahan aku mulai ada perasaan ke dia. Aku
mulai berpikir dia orangnya lumayan juga kalau dilihat dari segi
fisiknya. Walaupun dia suka usil, tapi dia termasuk anak pandai di kelas
dibandingkan anak laki-laki yang lainnya.
Tiba-tiba Rani menghampiriku.
“Kamu Ran, bikin
kaget aja. Ada apa? Kok pake lari-larian segala?”
“Aku punya info tentang
Gilang” katanya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
“Tarik nafas dulu gih
biar lebih tenang”
Rani pun segera menarik nafas.
“Oke, sekarang ceritain,
kamu punya info apa tentang Gilang?”
“Gilang pindah ke
Bandung, ikut ayahnya yang dipindah tugaskan ke sana”
“Hah? Seriusan? Kok dia
nggak bilang-bilang kalo mau pindah?”
Rani mengangkat bahu. Aku hanya bisa terdiam. Sedih, kecewa
semua campur aduk jadi satu. Selama pelajaran aku tidak bisa konsentrasi, dan
hanya memikirkan Gilang.
***
Sepulang sekolah aku membuka akun email ku. Ternyata ada
satu email dari Gilang.
Hai sofi. Baru seminggu
nggak ketemy, rasanya kangen nih kalau nggak ngejailin kamu, hehe:p Maaf ya
kalau selama ini aku orangnya jail ke kamu. Sebenarnya aku suka sama kamu.
Semenjak pertama kali kamu pindah ke Jogja. Dan mulai saat itu, aku mulai
berfikir buat ngejailin kamu supaya aku bisa deket sama kamu. Tapi ternyata,
kamu malah jadi benci sama aku. Maaf aku baru bisa bilang sekarang, karena aku
nggak punya nyali buat mengungkapkan ini ke kamu. Aku berharap kamu punya
perasaan yang sama. Maaf juga karena aku nggak bilang kalau aku pindah ke
Bandung.Kamu baik-baik ya di JogjaJ
Salam
kangen Gilang
Setelah membaca email
dari Gilang aku terdiam. Ada nggak tau harus gimana.
“Kenapa kamu baru
bilang sekarang? Kenapa nggak dari dulu Gilang?!”
Seandainya.... Aku tahu
sejak awal......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar